0
The silent Killer
Posted by Unknown
on
18.00
The Silent Killer
Kaku rasanya jari jemari ini ketika memulai mengetikan kata
demi kata untuk mencoba menggambarkan apa yang aku rasakan selama ini,
bukan untuk ditangisi, bukan untuk diratapi, bukan untuk disesali
keputusan-NYA dengan menjatuhkan pilihannya kepada aku dan bukan pula
untuk meminta dikasihani. Tetapi hadirnya tulisan ini bermaksud untuk
sekedar berbagi bagi siapa saja yang mampir dan membaca blog yang sangat
sederhana ini, dengan harapan mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi
sebuah deteksi dini untuk sesuatu yang dijuluki “The Silent Killer” ini.
Sebelumnya semuanya berjalan sangat indah seakan-akan aku akan hidup
selamanya. Rutinitas bekerja disalah satu perusahaan favorit di wilayah
Balaraja – Tangerang yang ditempuh kurang lebih 30 menit perjalanan
dengan menggunakan sepeda motor kesayangan, terasa sangat mengasyikan
dan penuh dengan semangat. Mendaki gunung, Camping, Touring adalah
aktifitas yang selalu tidak dilewatkan setiap even itu digelar oleh para
penggiatnya diperusahaan kami. Sangat indah, penuh semangat dan penuh
warna itulah yang bisa aku gambarkan dengan sedikit kata-kata untuk
mewakilinya.
Mendekati penghujung tahun 2011, tepatnya sekitar bulan Agustus ada
beberapa keanehan yang muncul didalam diri aku. Badan mulai menyusut
beratnya, tampang yang sangar dan besar sudah mulai tak Nampak. Rasa
capai yang sering kali mendera setiap melakukan kegiatan, sakit pada
tulang pinggul sebelah kiri, wajah pucat dan tidak bersemangat
mengiringi disetiap harinya.
Dokter perusahaan dengan sigap meminta aku untuk kontrol dan berobat
di Rumah Sakit Qadr memastikan apa sebenarnya penyakit yang aku
keluhkan. Salah satu dokter terbaik dirumah sakit itu (melihat antrean
yang ada), menjatuhkan vonis “Anemia” setelah memeriksa. Posisi HB waktu
itu sekitar 10 dan lekositnya 14.000. Beberapa kali aku melakukan
kontrol vonis “Anemia” tetap melekat sampai pada suatu ketika dokter
tersebut mengatakan, “Pak, kalau bulan depan kontrol hasilnya masih
seperti ini kita akan lakukan pengambilan tulang sum-sum Bapak” sambil
mencatatkan semua analisanya kedalam rekam medis.
Saat itu merupakan kontrol terakhir di RS Qadr dikarenakan kecurigaan
dokter perusahaan melihat HB yang cenderung rendah dan Lekosit yang
cenderung meninggi. Tanpa memberikan keterangan yang jelas, beliau
(dokter perusahaan) meminta aku untuk berobat ke Rumah Sakit Usada
Insani untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis dalam “Terbaik” yang
ada di rumah sakit tersebut. Hari yang ditentukan akhirnya datang,
berangkatlah ke dokter dirumah sakit itu untuk mencari second opinion
mengenai penyakit yang diderita. Sambil menunjukan hasil lab sebelumnya
kepada dokter , aku memberanikan diri bertanya mengenai penyakitnya.
Dokter tersebut tidak berani untuk mengambil keputusan melainkan
memberikan secarik rujukan lab untuk memeriksa darah ke lab. Keluar dari
ruang praktek kepala terasa berat dan sangat lemas ,akhirnya aku duduk
disalah satu sudut dekat Lab untuk sekedar beristirahat. Ndilalah
(kebetulan) ada salah satu rekan kerja Reny namanya sedang berobat pula
dirumah sakit tersebut. Diceritakanlah keluhan yang aku rasakan, pada
akhirnya diputuskan masuk UGD untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Saat itu hasil pemeriksaan dokter UGD memutuskan aku untuk dirawat,
semula niatnya hanya untuk kontrol tetapi apa mau dikata aku harus
menjalani perawatan. Singkat kata disanalah segalanya berawal, setelah
memeriksa hasil lab, dokter memutuskan untuk “mengebor tulang belakang”
atau disebut BMP (Bone Marrow Puncture). Dokter sebelumnya sudah
memberitahukan bahwa ada kelebihan darah putih dalam kandungan darah
tetapi beliau hanya mengatakan jangan khawatir itu sudah biasa. Memasuki
hari ketiga perawatan dokter belum melakukan BMP dikarenakan gula dalam
darah aku masih relative tinggi dan dokter konsen untuk turunkan itu
dulu. Momen diwaktu itu akhirnya aku gunakan untuk menanyakan kesimpulan
sementara mengenai penyakitnya dan dokter menyatakan bahwa aku
kemungkinan mengidap Leukimia/kanker darah tetapi untuk pastinya beliau
menunggu hasil BMP yang akan dilakukan. Hari keempat akhirnya BMP
dilaksanakan, rasanya nano nano antara sakit dan linu saat bor memasuki
tulang.
2 hari setelah BMP aku diperbolehkan pulang sambil menunggu hasilnya
dari RS Kanker Dharmais selama satu minggu. Setelah beberapa hari
menunggu, ternyata hasilnya sangat mengejutkan. Aku dinyatakan positif
LGK (Leukimia Granulositik Kronik) atau CML (Cronic Myloid Leukimia).
Jedar,…bagaai petir disiang hari mendengar vonis tersebut, shock, lemas,
tidak bersemangat dan hal-hal negative lainnya berkecamuk didalam hati
ini seakan-akan besok aku akan mati. Betapapun berat dirasakan, pada
akhirnya kami sekeluarga dapat menerima kenyataan tersebut yang pada
awal-awal vonis jatuh seperti hilang segalanya.
Beruntung aku memiliki seorang wanita tegar mendampingi , anak-anak
yang tumbuh ceria serta keluarga besar yang selalu mendukung dan
memberikan support nya. Terima kasih Bidadariku (istri) serta kedua
anaku Bani dan Hany atas support dan senyuman kalian semua dalam mengisi
hari-hariku yang indah dengan Leukimia.
Terima kasih yang tak terhingga juga aku sampaikan kepada fasilitator
“Forum Leukimia” Oce Kojiro yang sudah membuat ruang bagi para keluarga
maupun penyintasnya untuk sharing dan mendapatkan informasi seputar
Kanker dan atas persembahannya berupa blog yang sangat indah ini sebagai
ruang untuk menuangkan tulisan-tulisan aku yang masih dalam tahap
belajar. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menghadapi semuanya
dan berharap keajaiban berupa Kesembuhan dari ALLAH SWT.
Amiiin.
Posting Komentar